Keislaman

Tafsir Hadis Tentang Konservasi Mangrove dalam Sorotan Masyarakat Trenggalek

  • December 14, 2024
  • 3 min read
  • 12 Views
Tafsir Hadis Tentang Konservasi Mangrove dalam Sorotan Masyarakat Trenggalek

Enam Tahun terakhir ini erosi air laut di Indonesia marak terjadi khususnya di pesisir selatan Pulau Jawa. Sebagai upaya mitigasi erosi dan rob air laut masyarakat Wonocoyo Panggul Trenggalek memilih konservasi mangrove sebagai upaya mitigasi. Eko Margono dalam sebuah penanaman dan budidaya mangrove dipilih sebagai upaya mitigasi yang di lain sisi memiliki banyak manfaat. Menurutnya sejauh konservasi ini berdiri setidaknya manfaat yang diperoleh meliputi berbagai macam sekotor baik sektor perikanan, lingkungan, maupun ekonomi. Mangrove menjadi tempat berpijarnya ikan, selain itu mangrove juga menjadi rumah dan tempat berkumpul beberapa hewan seperti kepiting, lebah, dan burung cekakak. Kelamaan konservasi ini berubah menjadi satu pencaharian masyarakat karena terbukti buah mangrove dapat diproduksi menjadi bahan baku sirop dan keripik.

Kemanfaatan ini lama kelamaan dapat dirasakan masyarakat luas karena bukan hanya sebagai mitigasi yang mencegah air masuk ke desa namun juga dapat memberikan penghidupan masyarakat sekitar. “Ibadahku adalah menanam mangrove” kira-kira begitu ucap banyak warga. Warga setempat mengamini dan meyakini bahwa menanam mangrove adalah sebuah ibadah karena selain mendatangkan rasa aman dan tenteram bisa menghasilkan kehidupan. Mursyid dalam sebuah acara menyitir salah satu hadis bahwa sebaik baik orang adalah orang yang bermanfaat kepada orang lain. Menanam dan merawat Mangrove menurutnya adalah upaya menghasilkan kemanfaatan dan melindungi masyarakat luas dan ini adalah sebuah kebaikan seperti disabdakan Nabi.  Menurutnya tidak mungkin sebuah amal kebaikan tidak dinilai sebagai ibadah.

Tafsir lokal ini telah menjamur dan terpatri di sanubari masyarakat setempat khususnya perawat konservasi dan pelaku UMKM. Penulis dalam satu momen pernah berkomunikasi kepada salah satu pemerintah desa tentang bagaimana konsep teologis ini terbangun. Kepala Desa, Didik menyatakan bahwa tafsir ini sudah lama muncul dan tanpa adanya dorongan eksternal. Kemanfaatan yang dihasilkan serta upaya preventif yang menuai hasil oleh masyarakat setempat telah cukup menjadi satu alasan besar. Rupanya rerata masyarakat  setempat belum sepenuhnya memahami apa dan bagaimana konsep tafsir lokal ini terlahir. Hal yang pasti sebagaimana yang dikatakan Eko Margono adalah bahwa menurut masyarakat setempat melakukan perbaikan lingkungan, mendatangkan kemanfaatan, dan menjaga stabilitas ekosistem merupakan satu ajaran yang telah diajarkan Nabi Muhammad saw.

Melihat hal ini penulis memberikan beberapa rekomendasi hadis praktis yang secara sederhana dapat dijadikan dasar akan tafsir lokal tersebut. beberapa hadis yang ditawarkan penulis ini sifatnya relatif dan dinamis karena penulis meyakini masih terdapat banyak hadis lain yang sebetulnya lebih relevan dan kompleks dengan fenomena yang terjadi di desa setempat. beberapa hadis itu adalah hadis tentang cintanya Alllah Swt kepada hambanya yang mendatangkan manfaat  (Kitab Sahih Al Bukhari), hadis tentang mendapatkan pahalanya orang yang menanam tumbuhan (Kitab Sahih Muslim), hadis tentang cintanya Allah terhadap orang yang membuat kebaikan di muka bumi/ tidak melakukan kerusakan di bumi (Kitab  Sunan Abi Dawud), dan hadis tentang konservasi sumber daya alam (Kitab Sahih Muslim) dan beberapa hadis lain. Sedikit hadis ini direkomendasikan penulis sebagai konsep dan dasar ekoteologi yang menjadi satu tafsir keyakinan di Trenggalek.

Penulis: Ahmad Misbakhul Amin

Foto, ketika penulis melakukan observasi di Konservasi Mangrove Wonocoyo Panggul Trenggalek

About Author

Ahmad Misbakhul Amin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *