Keislaman

Ragam Sisi Manusia dalam Maulid Nabi

  • October 13, 2023
  • 3 min read
  • 92 Views
Ragam Sisi Manusia dalam Maulid Nabi

Kaafah.id – Ketika dalam bentuk wahyu, agama bersifat ilahi. Namun, ketika agama itu diserap oleh manusia, ia akan masuk ke dalam relung kehidupan. Ia menjelma dalam pikiran, perasaan dan tindakan manusia. Oleh karena itu, kata Muhammad Iqbal (1981), agama merupakan ekspresi keseluruhan jati diri manusia.

Barangkali pernyataan Iqbal tersebut dapat kita telisik dalam mencermati perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang selalu ramai diperingati setiap bulan Rabiul Awwal seperti sekarang ini, terutama oleh masyarakat di Nusantara. Peringatan itu diisi dengan berbagai bentuk, yang kemudian memantulkan spektrum yang kaya dan saling melengkapi. Atau bahkan bertentangan satu sama lain.

Ada yang berpendapat, memuji dan mencintai nabi hanya boleh dilakukan dalam formula tertentu yang diajarkan oleh nabi, yang berdasar pada dalil. Oleh karena itu, mereka menyebut berbagai perayaan itu bid’ah dan sesat. Sebaliknya, kaum yang lain justru menciptakan seni bershalawat, dan syair memuji Rasulullah hingga diiringi tabuhan musik dan alunan suara. Namun, mayoritas umat Islam sepakat bahwa mencintai Rasulullah dan bershalawat untuknya merupakan ajaran yang penting dan mulia.

Peringatan maulid juga kadang berbaur dengan budaya yang diduga kuat berasal dan tradisi lokal pra-Islam. Misalnya, Muludhen di Madura, Bungo Lado di Minang, Kirab Ampyang di Kudus, Gunungan di Jombang, Ancak Jajan di Tulungagung dan sebagian masyarakat lain menggunakan tradisi Grebeg Maulud.

Sebenarnya, bentuk dan isi perayaan maulid yang kini umum di masyarakat juga termasuk tradisi yang kita ciptakan. Misalnya, sebelum acara dimulai diisi dengan pembacaan syair-syair shalawat diiringi rebana atau banjari. Ada juga yang langsung dibuka dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an, lalu sambutan, ceramah agama dan ditutup dengan doa. Ini semua adalah kreasi kita, bukan hal yang diatur rinci dalam Al-Qur’an dan Hadis.

Di dalam acara itu, terdapat pula berbagai ceramah yang bentuk dan isinya beragam. Ada penceramah yang serius, ada yang penuh lelucon, Ada yang berkomunikasi satu arah ada pula yang memancing dialog untuk berdiskusi. Pesan yang disampaikan pun beragam, ada yang mengangkat kekuatan moral dan spiritual pribadi nabi, ada pula yang menekankan sisi-sisi ajaib kehidupan beliau, dan sebagainya.

Selain itu, perayaan maulid juga memiliki aneka fungsi sosial, la dapat menjadi perekat sosial di tengah individualisme yang semakin parah. Tetapi la juga bisa meneguhkan struktur sosial ekonomi yang timpang, dan memperkuat otoritas kaum elit agama. Sementara itu, menjelang tahun politik, para politisi dengan cerdik memanfaatkannya sebagai sarana untuk menarik simpati massa.

Demikianlah, kata Mujiburrahman (Sentilan Kosmopolitan, 2013), manusia bukan sekadar makhluk sosial, politik dan budaya. la adalah makhluk religius. Peringatan maulid dapat mengantarkannya menuju pengalaman keagamaan yang mendalam. Suatu pengalaman yang suci, yang misterius, yang mempesona sekaligus membuatnya cemas. Sebuah pengalaman mengagumi dan mencintai baginda Rasulullah SAW. Pada akhirnya, dalam kenyataan manusiawi, agama memiliki banyak sisi.

About Author

Ahmad Subakti

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *