Opini

Menyalakan Semangat dari Ruang Kecil: Refleksi dan Gebrakan Baru Komunitas El Himmah

  • May 23, 2025
  • 2 min read
  • 105 Views
Menyalakan Semangat dari Ruang Kecil: Refleksi dan Gebrakan Baru Komunitas El Himmah

Tulungagung, 21 Mei 2025 – Di sudut tenang sebuah kedai langganan mahasiswa UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, segelintir pemuda berkumpul dengan satu tekad untuk menghidupkan kembali bara semangat komunitas belajar yang telah mereka rawat dengan cinta El Himmah. Komunitas yang lahir dari kerinduan akan kajian Al-Qur’an, Hadis, turats, dan wacana keislaman ini kembali duduk bersama bukan untuk bernostalgia tetapi untuk menyusun langkah baru menuju masa depan yang lebih berkemajuan.

Pertemuan terbatas ini dipimpin langsung oleh Ketua Umum El Himmah, Ahmad Misbakhul Amin, yang kembali memimpin setelah menjalani masa pemulihan kesehatan. Meski belum sepenuhnya pulih, kehadiran “Mas Misbah” menjadi suntikan energi tersendiri bagi para pengurus inti, seperti Sekretaris Safira, Bendahara Shima, dan Koordinator Departemen Intelektual Wahyu Aji Kembara yang akrab disapa Ustadz Bara.

Dalam suasana hangat Bara memaparkan perkembangan terkini komunitas selama dua puluh hari terakhir saat ia dipercaya sebagai pelaksana harian mewakili Ustadz Hanafai yang juga dalam masa pemulihan kesehatan. “Alhamdulillah, kegiatan berjalan dengan lancar. Baik kajian lokal maupun forum-forum mutawatir mengalami peningkatan partisipasi,” ujarnya optimis.

Dari obrolan cair yang mengalir muncul berbagai gagasan segar. Mulai dari evaluasi program kerja hingga rencana penyempurnaan visi strategis komunitas. “El Himmah itu komunitas belajar, jadi setiap langkah kita harus mencerminkan semangat edukatif dan kita harus berani membuat gebrakan,” ungkap Safira dengan semangat.

Shima pun tak tinggal diam. Dengan latar keilmuan di bidang Al-Qur’an dan Bahasa Arab ia memberi perhatian khusus pada Divisi Musabaqah Fahmil Qur’an sekaligus menyoroti aspek pendanaan komunitas. “Semua ini harus terintegrasi dan seimbang, dari sisi intelektual, spiritual, hingga manajerial,” tambahnya.

Misbah menyimak dengan penuh perhatian. Ia tidak hanya mendengar tapi juga merespons satu per satu saran, kritik, dan harapan yang mencuat. Dalam penutupnya ia berkata lirih namun dalam “Kita hanya punya satu senjata,  Al-Fatihah. Di situlah kita minta petunjuk dan kekuatan.”

Dari ruang sederhana itu, El Himmah tak hanya merancang masa depan. Mereka sedang menyalakan kembali api perjuangan dengan ilmu, adab, dan keikhlasan sebagai bahan bakarnya. Perjalanan masih panjang, tetapi bahtera ini siap berlayar lebih jauh lagi. Nantikan gebrakan selanjutnya. El Himmah bukan sekadar komunitas ia adalah gerakan belajar yang terus tumbuh dan bergerak.

Al-Fatihah.

 

About Author

Ahmad Misbakhul Amin