Peristiwa

Peduli Terhadap Lansia, UIN SATU Selenggarakan FGD Beribadah Bersama Lansia

  • October 13, 2024
  • 3 min read
  • 13 Views
Peduli Terhadap Lansia, UIN SATU Selenggarakan FGD Beribadah Bersama Lansia

Kaafah.id – UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung (UIN SATU) terus memperkuat komitmennya dalam upaya menciptakan kampus inklusif yang memberikan perhatian khusus pada kesejahteraan lansia. Pada Sabtu, 12 Oktober 2024, UIN SATU menyelenggarakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Beribadah Bersama Lansia”. FGD ini bertujuan menggali informasi terkait aspek-aspek penting dalam penyelenggaraan ibadah untuk lansia.

Acara ini menghadirkan lima narasumber terkemuka, yaitu KH. Ishfah Abidal Aziz (Ketua PBNU/Dewan Pengawas Badan Pengelola Keuangan Haji), Mariana Hasbie (Juru Bicara Menteri Agama RI), Hasanudin Ali (CEO Alvara Research Center), Dr. Mahmud Syaltout (Presiden Direktur ANP Insight), dan Wibowo Prasetyo (Dewan Penasehat Media Arina.id). Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh tokoh agama dari Tulungagung serta kepala Kantor Kemenag Jawa Timur.

Dalam diskusi tersebut, UIN SATU berupaya mengembangkan penelitian yang fokus pada kesejahteraan lansia, termasuk layanan spiritual dan sosial.

“Kami berkomitmen mengimplementasikan nilai-nilai ini dalam tindakan nyata dan bersinergi dengan pemerintah, lembaga sosial, serta organisasi keagamaan. Ini untuk memastikan layanan kepada lansia bisa berkelanjutan dan meluas,” ujar Prof. Abd. Aziz, Rektor UIN SATU.

Prof. Abd. Aziz juga menekankan pentingnya membangun fasilitas yang ramah lansia di kampus, dengan harapan bahwa data akademik dari FGD ini dapat menjadi dasar bagi pendirian Fakultas Kedokteran dan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang berfokus pada lansia.

Dr. Mahmud Syaltout menambahkan bahwa perhatian pada lansia harus mencakup aspek fisik, psikologis, dan spiritual, karena ketiga aspek ini sangat mempengaruhi kesejahteraan mereka.

KH. Ishfah Abidal Aziz menjelaskan bahwa Kementerian Agama RI telah memulai program “Ibadah Ramah Lansia”, yang telah diimplementasikan, termasuk dalam penyelenggaraan haji dan umrah dengan pelayanan khusus bagi lansia.

Sementara itu, Mariana Hasbi menyebutkan bahwa Kemenag RI telah merumuskan kebijakan inklusif yang mencakup pelayanan ramah lansia, anak, perempuan, dan disabilitas. Program “Haji Ramah Lansia” muncul akibat lonjakan jemaah lansia setelah jeda pandemi Covid-19.

Hasanudin Ali menyoroti bahwa meskipun Indonesia saat ini berada dalam era bonus demografi, Indonesia akan memasuki masa “aging country” pada 2030-2035. Hal ini akan menghadirkan tantangan besar dalam hal ekonomi, karena populasi lansia yang semakin besar akan mempengaruhi sumber daya manusia dan ekonomi.

Peran media dalam mendukung pelayanan inklusif juga disorot oleh Wibowo Prasetyo, yang mengatakan bahwa interaksi lansia dengan media masih terbatas. Oleh karena itu, generasi muda perlu berperan aktif dalam menyebarkan informasi yang dibutuhkan oleh lansia.

Pada akhir kegiatan, beberapa peserta memberikan tanggapan positif terkait program layanan ramah lansia dan kesetaraan dalam pelayanan bagi perempuan. Masyarakat dan media juga dianggap berperan penting dalam mewujudkan keberhasilan program ini.

Acara FGD ditutup dengan penandatanganan Komitmen Bersama Kampus Inklusi oleh Rektor UIN SATU, narasumber, dan seluruh peserta. Diharapkan, komitmen ini akan segera ditindaklanjuti dengan sosialisasi dan implementasi nyata guna memberikan manfaat bagi lansia.

About Author

Redaktur

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *