Blog Opini

Seminar Nasional: Qira’at Al Qur’an di Era Kontemporer: Menyeimbangkan Tradisi dan Inovasi

Avatar
  • September 13, 2024
  • 3 min read
  • 16 Views
Seminar Nasional: Qira’at Al Qur’an di Era Kontemporer: Menyeimbangkan Tradisi dan Inovasi

HMPS Ilmu Al Qur’an dan Tafsir undang Mufasir hebat yakni Syeikh Fauzi Said Muhammad Haikal ulama Al Azhar Mesir dan Dr. Abdur Rahman dalam acara Seminar Nasional. Forum ini diselenggarakan selama dua hari mulai tanggal 9 sampai dengan 10 September 2024 .Dilaksanakan di gedung Pascasarjana UIN SATU Tulungagung, seminar ini mengangkat tema “ Qira’at Al Qur’an di Era Kontemporer: Menyeimbangkan Tradisi dan Inovasi”. Tema ini begitu krusial karena keberadaannya menyikapi keberadaan suatu ilmu di tengah tengah perkembangan teknologi yang begitu pesat. Acara begitu ramai terlihat sangat besar antusias mahasiswa di dalam maupun diluar Program Studi Ilmu Al Qur’an dan Tafsir. Bukan hanya kalangan mahasiswa, beberapa dosen juga turut hadir dalam acara seminar ini.

Seminar di hari pertama berfokus tentang pembahasan Qiraah Sab’ah yang langsung dipandu oleh Syeikh Fauzi Said Muhammad Haikal ulama Al Azhar Mesir dengan ditemani oleh Dr. Rizka Ahmadi sebagai Mutarjim (penerjemah). Mengenai sejarah tentang Qiraah Sab’ah ini, Syeikh Fauzi mengatakan bahwa perbedaan dalam suatu Qiraat merupakan suatu keringanan atau kemurahan dari Allah Swt. berupa kemudahan hambanya dalam membaca Al Qur’an terlepas dari logatnya masing”. Selain itu beliau juga menjelskan bahwa dalam ilmu Qira’at juga terdapat beberapa istilah yang masing masing memilki arti yang berbeda yakni qori’, maqru’ dan ar adl wa sama’.

Qori’ adalah seseorang yang membaca bacaan qira’at dimana dia sudah paham betul tentang kaidah makhroj, hukum tajwid, dan sebagainya. Sedangan maqru’ adalah orang yang mempuni dalam pembahasan berbagai bidang qira’at dengan sanad yang banyak kemudian dia mengajarkan keilmuan tersebut kepada orang lain. Al ardl wa Sama’ adalah pengajaran dengan cara mendengar menyampaikan atau simak menyimak atau dalam bahasa santri dikenal dengan istilah sorokan. Dalam kesempatan ini Syeikh Fauzi juga memberikan contoh dari beberapa bacaan Qira’ah Sab’ah dalam ayat ayat Al Qur’an seperti bacaan Imam Warys, Qolun, Hafs, dll. Acara ini ditutup dengan ijazah sanad ‘Ammah fi Surat al Fatihah yang diikuti oleh seluruh peserta acara seminar.

Dilanjut acara seminar di hari kedua yang dipimpin oleh pemateri Dr. Abdur Rahman, Mud. Ch.Cht. Materi yang disampaikan di sini berfokus menelisik makna dan local wisdom dalam karya tafsirnya yakni Tafsir Kediri. Tema yang diambil dalam pembahasan ini adalah kisah penyembelihan sapi betina pada QS. Al Baqarah ayat 67- 73. Corak yang terkandung dalam Tafsir Kadiri ini identic pada panggunaan local wisdom yang menjadi ciri khas utamanya. Terlihat dari beberapa pemaknaan dalam tafsir ini menggunakan bahasa daerah seperti pemisalan sapi betina pada ayat ini adalah sapi brahman (Jawa) sebagaiamana kriterianya dudu babon, dudu pedhet, dan doro/jemoko. Corak local wisdom yang digunakan pada tafsir ini tergolong sebagai Ad dakhil fi al Tafsir karena unsur subjektifiyasnya yang tinggi sehingga menjadi peluang dalam wacana studi kritik.

Seminar Nasional Prodi IAT ini membawa nuansa baru dalam khazanah tafsir di mana keilmuan tafsir dapat berkembang di tengah tengah pesatnya perkembangan teknologi. Hadirnya beberapa aplikasi tentang keilmuan Al Qur’an justru menjadi inovasi terbaru dalam belajar secara praktis dan cepat. Seelain itu keinovasian sebagaimana adanya corak local wisdom dalam suatu penafsiran menjadikan pemaknaan Al Qur’an cukup representative jika dikonsumsi oleh masyrakat umum. Oleh karenanya adanya inovasi tersebut dengan tetap mempertahankan tradisi yang baik di dalamnya menjadikan kajian keilmuan ini menjadi lebih berkembang pesat dan mampu berdiri kokoh di tengah tengah gempuran tekhnologi yang serba canggih.

Avatar
About Author

Saidatun Nisa'

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *