Seminar Nasional Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama Tuban menghadirkan Guru Besar Metodologi Studi Islam UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung sebagai pemateri. Tersebut ialah Prof. Dr. Ngainun Naim, S.Ag., M.HI yang sekarang menjabat sebagai Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat di UIN SATU Tulungagung. Seminar tersebut dihadiri oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja sama, Dekan Tarbiyah beserta Wakil Dekan, Koordinator Program Studi, dan seluruh dosen di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAINU Tuban. Seminar yang diselenggarakan pada Kamis, 11 Juli 2024 ini bertempat di gedung utama yakni Gedung KH. Hasyim Asyari dengan menghadirkan 300 Mahasiswa internal dan eksternal Kampus.
Tema yang diusung oleh panitia penyelenggara adalah Obstruksi dan Probabilitas Sarjana Pendidikan di Era Transformasi Digital Society 5.0. Jamal Ghofir Wakil Rektor 3 memberikan9 apresiasi serta menjabarkan kepada Pemateri atas tema yang diusung. Menurutnya tema ini sangat tepat mengingat tantangan dan peluang sarjana pendidikan semakin hari semakin kompleks. Kompleksitas problem ini kemudian semakin memuncak ketika memasuki era 5.0. Hal ini yang kemudian melatarbelakangi Panitia untuk mengusung tema tersebut. Dalam kesempatan menyampaikan materi ini Prof. Naim dipandu oleh Alief Irfan Choiri.
Secara umum Prof. Naim membagi tiga kata kunci atas tema yang diusung, ketiganya adalah sarjana pendidikan, Obstruksi dan Probabilitas, transformasi digital. Menurutnya seorang sarjana pendidikan perlu memenuhi beberapa ketentuan yang dengan ketentuan tersebut peluang atas dinamika intelektual sarjana pendidikan dapat berjalan secara normal. Pertama, seorang sarjana harus eksis, memiliki distingsi dan keunggulan. Eksis atau pro aktif yang dimaksud adalah bahwa tantangan yang ada agar dibaca, dianalisis, dan kemudian diselesaikan. Problem yang terjadi sebagai bentuk rintangan dengan berbagai macam cara akan hilang dengan pergerakan yang aktif dan kontinu. Skripsi misalnya, menurutnya ketika mahasiswa memiliki beban untuk menyelesaikan tugas akhir akan menjadi sebuah omong kosong ketika hanya diangan angan. Oleh karenanya skripsi akan selesai jika keaktifan mulai aktif mencari data, aktif membaca, dan aktif menulis. Pergerakan dan sikap pro aktif akan menjadi sebuah kunci dari keberhasilan Pungkasnya.
Kedua, Teoantroposentris. Beliau melanjutkan materi bahwa seseorang tidak akan berhasil ketika tidak terdapat usaha di dalamnya. Sejalan dengan itu sebuah usaha tidak akan sempurna ketika tidak melibatkan Tuhan di dalamnya. Layaknya seorang hamba yang berkeinginan mendapatkan sesuatu maka hal yang harus dilakukan adalah usaha dan doa. Selalu berdoa tanpa usaha adalah kebohongan dan usaha tanpa berdoa adalah keniscayaan, oleh karenanya menggabungkan dua undur ketuhanan sebagai representasi penghambaan dan kemanusiaan sebagai representasi dari usaha adalah dua kutub yang tidak dapat dipisahkan.
Ketiga, literasi digital. Edukasi terhadap perkembangan literasi harus disampaikan kepada masyarakat. Hal ini menjadi urgen karena pekerjaan akan lamban berkembang ketika tidak disertai keilmuan. Bukan hanya itu, hidup di era 5.0 menjadikan satu kewajiban baru yakni pemahaman dan penguasaan atas teknologi digital. Etika dan tata cara cerdas memanfaatkan media sosial beserta perangkatnya adalah hal baru yang harus dimiliki, dikuasai, dan disebarluaskan. Fenomena musibah seperti game online, pinjaman online, dan judi online menjadi penyakit kekinian yang semuanya terjadi sebab minimnya ilmu literasi digital. Minimnya literasi dan tidak melek digital inilah yang kemudian menjadikan musibah seperti itu terjadi. Maka wajib bagi sarjana untuk menguasai literasi digital sebagaimana harus melakukan mengimplementasikan nilai proaktif dan teoantroposentris.