Opini

Menggenggam Tradisi, Merajut Masa Depan: Haflah Tasyakur Wal Ikhtitam Madrasah Diniyah Manbail Futuh 2025

  • June 17, 2025
  • 3 min read
  • 83 Views
Menggenggam Tradisi, Merajut Masa Depan: Haflah Tasyakur Wal Ikhtitam Madrasah Diniyah Manbail Futuh 2025

Tuban, 16 Juni 2025 – Di antara deretan santri yang berdiri gagah dalam rangkaian prosesi haflah tasyakur wal ikhtitam Madrasah Diniyah Manbail Futuh, beberapa mata terlihat berkaca-kaca. Bukan air mata sedih melainkan luapan rasa syukur yang tak mampu lagi dibendung. 148 santri mengkhatamkan Kitab Imrithy dan 23 santri berhasil menyelesaikan hafalan Alfiyah Ibn Malik. Bagi mereka, haflah ini adalah klimaks dari sebuah perjuangan panjang yang diwarnai tawa, lelah, dan kadang juga air mata. Penulis sebagai salah satu alumni yang pernah merasakan hal serupa tentu melihatnya dengan tatapan bangga dan bersyukur.

Tidak banyak yang tahu, di balik jas hitam berpeci hitam dan berbaju serta berkerudung putih lengkap dengan selempangnya ada lembaran kisah yang penuh peluh. Mereka telah melewati hari-hari panjang, begadang tiap malam, menghafal bait demi bait, takrar pelajaran, kadang harus mengalah pada rasa jenuh, dan tak jarang diuji oleh rasa ingin menyerah. Namun mereka tetap berdiri di sana menjemput momen sakral yang menjadi impian setiap santri.

Bagi Muhammad Faiqul Himam Mudir Madrasah Diniyah Manbail Futuh, santri bukan hanya sekadar peserta didik. Mereka adalah pejuang kecil yang sedang menapaki jalan besar. “Lulus di sini bukan hanya soal hafal Alfiyah dan Imrithi, tapi juga soal mental. Mereka ditempa dengan ujian taftisy baca kitab kuning di hadapan para penguji dan langsung didampingi oleh orangtuanya. Ini bukan untuk menakuti, tapi untuk membentuk keberanian dan keteguhan hati,” ujar beliau.

Di Madrasah Diniyah Manbail Futuh, proses belajar bukan jalan lurus tanpa rintangan. Ada yang harus mengulang, ada yang tertatih, bahkan ada yang menahan kecewa karena belum lulus. Tapi justru di sanalah pelajaran hidup itu sesungguhnya. Bahwa keberhasilan tidak selalu datang cepat, bahwa kesungguhan harus dibayar dengan kesabaran.

KH. Ahmad Syariful Wafa, Ketua Yayasan Pendidikan Manbail Futuh menegaskan bahwa membangun karakter santri dalam lingkungan yang majemuk seperti ini jauh lebih menantang daripada sekadar membina pesantren salaf murni. Namun di balik tantangan itu, lahirlah kekuatan. Tradisi bisa berjalan berdampingan dengan keterbukaan,” imbuhnya.

Haflah ini bukan sekadar acara seremonial. Bagi para santri inilah gerbang baru, fase di mana ilmu yang mereka gali harus diterjemahkan dalam pengabdian nyata. Afiq Saifuddin, Ketua Panitia, mengatakan bahwa tema tahun ini mengajak para santri menjadi generasi yang tak hanya unggul secara keilmuan tapi juga menghidupkan nilai-nilai amaliyah dan akhlakul karimah. Setelah haflah ini usai para santri akan melangkah ke medan kehidupan yang sesungguhnya. Mereka membawa bekal bukan hanya hafalan tetapi juga nilai perjuangan, kegigihan, dan rasa syukur yang terpatri dalam diri.

Di tengah gempuran zaman yang semakin mengaburkan batas-batas nilai, Madin Manbail Futuh terus berdiri tegak menjadi benteng tradisi. Tempat di mana kitab kuning, dedikasi, dan teknologi saling bersapa. Tempat di mana perjuangan para santri tak hanya berakhir di bangku madrasah, tetapi terus berlanjut sepanjang hayat.

Penulis: Ahmad Misbakhul Amin (Santri Manbail Futuh)

About Author

Ahmad Misbakhul Amin