Peristiwa

Dari Kampus ke Tanah Pengabdian: Sebuah Perjalanan Intelektual Sembilan Mahasiswa UIN SATU

  • July 6, 2025
  • 2 min read
  • 20 Views
Dari Kampus ke Tanah Pengabdian: Sebuah Perjalanan Intelektual Sembilan Mahasiswa UIN SATU

Tulungagung, Sabtu, 6 Juli 2025, sembilan mahasiswa UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung telah diberangkatkan ke medan laga pengabdian yakni Provinsi DI Yogyakarta untuk mengikuti kegiatan KKN Nusantara 2025. KKN Nasional yang bergengsi ini diikuti oleh hampir seluruh PTKIN di Ondonesia, dan dalam kesempatan ini UIN SATU Tulungaung mendelegasikan smebilan mahasiswa terbaikinya.

Sembilan nama terpilih bukan karena kebetulan. Mereka datang dari berbagai disiplin ilmu, membawa kepakaran masing-masing sebagai bekal mislanya Ahmad Misbakhul Amin dari Ilmu Hadis, Dewi Isna Tsamrotu F. dari Hukum Keluarga Islam, Saidatun Nisa dari Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Holly Habib Witjaksono dari Ekonomi Syariah, Ari Wijaya dari Pendidikan Agama Islam, Shinta Nabila Aliyatul Himmah dari Komunikasi dan Penyiaran Islam, Jasmine Isna Prameswari dari Tadris Fisika, Nihayatuz Zulva dari Psikologi Islam, serta Ussisa Zakiyatul Nur Azzahro dari Manajemen Pendidikan Islam. Mereka bukan hanya mewakili prodi, tapi juga merepresentasikan wajah kampus yang majemuk, adaptif, dan siap berkarya.

Tepat pukul 11.00 WIB, kendaraan mereka meninggalkan kampus tercinta, melaju menuju University Hotel lokasi transit sebelum pelaksanaan KKN Nusantara. Di sinilah semua dimulai perjumpaan dengan mahasiswa dari berbagai pelosok negeri, diskusi lintas budaya, dan nanti pengabdian dalam rupa paling nyata.

Yang membuat perjalanan ini istimewa adalah kehadiran Dr. Muhammad Muntahibun Nafis, M.Ag., Kepala Pusat Pengabdian kepada Masyarakat UIN SATU Tulungagung. Bagi para peserta, beliau bukan hanya pendamping administratif, tapi teladan. Dalam senyapnya keberangkatan, beliau membawa pesan simbolik bahwa pengabdian tidak sekadar formalitas, tapi ruh dari pendidikan itu sendiri.

KKN Nusantara adalah lebih dari sekadar kegiatan tahunan. Ia adalah panggilan untuk hadir, mendengar, merasakan, dan membantu. Di sana, mahasiswa akan hidup bersama masyarakat, bukan sekadar menyampaikan program, tetapi menyelami realitas. Mereka akan belajar bahwa solusi tidak selalu datang dari teori, tapi dari empati dan kolaborasi.

Bagi sembilan mahasiswa ini, perjalanan hari itu bukan hanya fisik. Ia adalah perpindahan dari ruang kuliah ke ruang kehidupan. Dari teori ke praktik. Dari belajar untuk diri sendiri, menjadi belajar untuk orang lain.

Dan ketika malam menjemput di University Hotel, tidak hanya tubuh mereka yang sampai. Tapi juga harapan-harapan kampus bahwa para utusan ini akan kembali bukan hanya dengan catatan laporan kegiatan, tapi dengan pengalaman hidup yang akan mengubah cara mereka berpikir, berempati, dan berkontribusi.

Penulis: Ahmad Misbakhul Amin

About Author

Ahmad Misbakhul Amin