Opini

Cerita Dibalik Suksesnya Haji 2024, Kolaborasi dari Menteri hingga Tim Konsumsi

  • June 26, 2024
  • 6 min read
  • 101 Views
Cerita Dibalik Suksesnya Haji 2024, Kolaborasi dari Menteri hingga Tim Konsumsi

Kaafah.id –

Sudah banyak orang yang membuat catatan tentang kesuksesan haji tahun 2024 dibanding tahun-tahun sebelumnya. Mulai para akademisi hingga banyak pihak yang mengakui penyelenggaraan haji tahun 2024 lancar. Seperti diungkap Hasanudin Ali dalam website pribadinya. Founder Alvara Riset Center ini mengungkapkan tiga hal kunci sukses haji. Pertama, dia menyatakan tentang adanya kebijakan Murur. Langkah ini diambil karena untuk mengurai kepadatan saat proses Armuzna. Kedua kunci suksesnya adalah adanya aplikasi kawal haji yang bisa direspon dengan segera oleh petugas haji jika ada laporan dari jamaah. Ketiga adalah totalitas para petugas haji.

Selain tiga hal di atas sesungguhnya ada banyak hal yang tidak banyak orang tahu mengapa pelaksanaan haji tahun 2024 berjalan cukup lancar. Saya akan memulai cerita tentang ketatnya checking visa haji yang dilakukan oleh pemerintah Arab Saudi. Pelaksanaan checking tidak hanya diperuntukkan pada jamaah haji Indonesia saja tapi semua pihak.

Saat petugas haji tiba di Madinah pada tanggal 1 Juni 2024 malam, kami harus menahan sabar sebab mobil patroli Askar (petugas keamanan) Arab Saudi di parkir tepat di jalur pintu keluar di kawasan Masjid Bir Ali. Praktis, petugas haji yang sudah ambil miqot untuk umroh wajib harus menahan diri dan bersedia berada di dalam bus sampai mobil Askar dipindahkan. Kurang lebih 5 jam kami harus berdiam diri di kawasan Bir Ali karena belum bisa berangkat.

Kata salah satu panitia yang sudah datang lebih awal dari rombongan kami, checking di Makkah masih akan buka pukul 06.00. Artinya, tidak ada perlakuan istimewa untuk petugas. Pemerintah Arab Saudi menyamakan pada setiap orang yang akan berhaji. Jamaah haji harus taat pada ketentuan negaranya.

Jam telah menunjukkan pukul 06.00 WAS. “Portal” telah dibuka, bus rombongan kami perlahan mulai meninggalkan Masjid Bir Ali. Tak jauh dari titik kami berangkat, bus mulai berjalan pelan. Sesampai di sebuah titik pengecekan, seorang petugas transportasi meminta kami untuk menyiapkan visa haji. Pengecekan ini tidak lagi sekali saja. Melainkan berkali-kali. Hitungan saya, ada 7 titik pengecekan. Semua kendaraan yang melintas dari Madinah menuju Mekkah dicek. Mereka yang akan datang ke Mekkah harus dipastikan memiliki visa haji. Jika tidak, negara Arab Saudi akan mengambil tindakan.

Kebijakan hingga penerapan visa haji inilah yang membuat orang benar-benar harus berhitung untuk menggunakan visa umroh maupun ziarah bila masuk ke Makkah. Memang sih, masih ada beberapa orang yang berhasil lolos dari gesitnya mata Askar. Namun tidak sedikit pula mereka yang harus merasakan hukuman dari Negara Arab Saudi ini.

Apa dampak dari ketegasan soal visa haji? Masjidil Haram yang biasa padat sekali saat menjelang shalat Jumat menjadi sedikit lenggang. Hal itu bisa dilihat dari pelataran di dekat terminal Syib Amir yang pada tahun lalu saat jelang shalat Jumat sudah padat sejak pagi namun tahun haji tahun ini kondisi di dekat terminal Syib Amir menjadi cukup lenggang.

Dalam kondisi ini, bisa dikontrol jumlah manusia yang ada di Mekkah saat haji. Mereka sudah bisa memetakan pergerakan manusia. Sehingga, kemacetan seperti Armuzna tahun lalu nyaris bisa terurai karena bus bisa berjalan. Hal ini gayung bersambut dengan kebijakan Murur sehingga membuat seluruh jamaah haji dinyatakan sudah meninggalkan Arafah sejak 02.00. Sungguh, membuat seluruh PPIH bisa bernafas lega.

Lancar di Arafah dan Muzdalifah membuat Kementerian Agama harus bekerja ekstra agar proses lempar jumroh juga berjalan lancar. Kehadiran Satgas Jamarot, Satgas Mina, dan Satgas Arofah yang dikhususkan untuk memperkuat lini depan, tengah dan belakang area jamarot menjadi salah satu kunci sukses prosesi lempar jumrah.

Satgas Jamarat yang berkolaborasi dengan Satgas Arafah dan Satgas Mina tersebar di beberapa titik mulai dari maktab di Mina hingga titik lokasi pelemparan jumrah. Jika tidak salah ada sekitar 30 titik lebih. Sepuluh titik ada di pos Mina. Sepuluh titik ada di Pos Rute. Kemudian, ada sepuluh titik lagi di lantai 2 dan lantai dasar pelemparan jumrah atau yang disebut Pos MCR 1 dan 2.

Total personil petugas yang disiagakan lebih dari 300 orang. Saat proses jumroh aqobah di mulai perintah Kasat Ops Armuzna adalah semua personil stand by. Kebijakan ini, menurut saya cukup memberikan dampak pada jamaah haji yang akan melakukan prosesi melempar jumroh. Sebab, prosesi ini cukup rawan berdesakan. Ada ratusan ribu orang yang akan bersama-sama di lokasi lempar jumroh dengan kondisi ruang yang tidak begitu besar. Jadi, peran petugas yang berjaga yakni memastikan Butiran Merak Putih -Istilah kami menyebut jamaah haji Indonesia- baik-baik saja dan tidak terjadi masalah.

Para petugas yang ada di area Mina hingga di Pos area Jamarot melakukan banyak hal. Bekal makan dan minum yang seharusnya mereka siapkan untuk kebutuhan dirinya sendiri harus rela untuk diberikan pada jamaah agar jamaah tidak jatuh sakit karena kecapekan. Skil memijat juga tampak menjadi skil penting di lini pertahanan area jamarot sebab dari tenda di Mina di lokasi Jamarot diperkirakan jaraknya adalah 4 kilometer. Jika usai melempar dan harus kembali ke Mina maka total jarak tempuh yang harus dituntaskan dalam sehari adalah 8 kilometer. Wajar jika jamaah haji Indonesia ada yang kecapean saat melaksanakan ibadah ini.

Bahkan, hal ekstrim yang dilakukan oleh petugas haji Indonesia adalah mengantar para jamaah haji terpisah rombongan ke maktab hingga ke hotel terdekat dengan jamarot. Apa armada yang digunakan petugas? Mereka hanya jalan kaki. Sesampai di maktab Mina maupun hotel mereka harus tetap kembali ke pos jaga dengan tetap jalan kaki.

Dalam proses di jamarat ini pemerintah Arab Saudi memberikan kabar jika cuaca cukup panas dan diharapkan pada para jamaah haji untuk menahan diri agar tidak keluar tenda. Atas kondisi ini Kemenag mengambil keputusan yang cukup cermat yakni membuat kebijakan agar pada proses lempar jumrah di hari tasyrik para lansia dan orang-orang yang kondisinya tidak fit dan prima untuk dibadalkan saja. Toh itu tidak melanggar aturan. Dengan edaran yang juga dikonsolidasikan bersama ketua kloter dan para pengelola KBIHU akhirnya membuahkan hasil. Yakni, para lansia tidak harus berdesakan dengan jamaah lainnya.

Selain kebijakan ini, jauh sebelum pelemparan dimulai Kemenag juga membuat edaran tentang jadwal Ibadah pelemparan Jumrah. Kapan waktu yang diperbolehkan kapan waktu yang dilarang itu telah ditetapkan dengan demikian arus manusia yang ada di kawasan Jamarat jauh lebih kondusif. Proses penjadwalan ibadah sejatinya adalah sebuah strategi mengatur kepadatan jamaah di lokasi jamarat.

Ada satu hal yang jarang diketahui orang. Yakni tim safari wukuf yang mengawal para lansia dengan kondisi yang tidak memungkinkan untuk berada di tenda. Para tenaga kesehatan dan pendamping lansia berjibaku merawat mereka. Memastikan ibadah para lansia lancar dan terus memberikan perawatan. Mulai dari memandikan, menyuapi makan, hingga hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh para lansia tersebut. Para lansia bisa tersenyum lega karena tetap dalam keadaan sehat usai puncak haji. Kunci sukses dari penyelenggaraan haji Indonesia adalah kolaborasi semua lini. Seluruh elemen tanpa terkecuali. Mulai dari menteri hingga sopir maupun tim dapur konsumsi. Tak lupa tim kesehatan yang harus berpeluh keringat saat mereka menyelamatkan banyak jiwa yang tumbang. Selebihnya, Allah lah segala dzat yang memiliki kuasa atas keberhasilan penyelenggaraan haji ini. (*)

Oleh : Amrullah Ali Moebin (PPIH Arab Saudi dan Pegiat Pusat Studi Lansia UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

About Author

Amrullah Ali Moebin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *