Agama Blog Keislaman Opini

Keutamaan dan Peran Pendidik sebagai Penggerak Perubahan Bangsa

  • November 3, 2025
  • 4 min read
  • 119 Views
Keutamaan dan Peran Pendidik sebagai Penggerak Perubahan Bangsa

Pernah nggak sih kalian membayangkan bagaimana jadinya dunia pendidikan tanpa adanya peran sosok guru? Sekolah tetap berdiri tegak, buku-buku tetap ada, internet semakin cepat, namun tidak ada figur yang menuntun arah belajar, memberi semangat, atau menanamkan nilai-nilai kehidupan. Dunia yang sunyi dari bimbingan, kehilangan arah dalam memahami makna kehidupan. Tak ada yang mengajari kita menulis nama, membaca mimpi, atau menafsirkan dunia. Rasanya hampa, kan?

Dalam pandangan filsafat Islam, pendidik bukan sekadar penyampai ilmu, tetapi bapak rohani yang menuntun akal, membenahi akhlak, dan mengarahkan perilaku agar selaras dengan nilai-nilai luhur ketuhanan. Di tangan merekalah lahir manusia yang bukan hanya cerdas pikirannya, tetapi juga indah budinya.

Menjadi pendidik bukanlah sekadar berdiri di depan kelas dan menjelaskan teori panjang lebar. Lebih dari itu, menjadi pendidik berarti menyalakan cahaya pengetahuan di tengah kegelapan kebodohan, menanamkan nilai tanggung jawab, empati, kejujuran, dan semangat pantang menyerah. Guru adalah penuntun jalan yang kadang tidak terlihat, tapi pengaruhnya akan diingat seumur hidup muridnya. Hakikat seorang pendidik sejatinya bukan cuma orang yang “mengajar”, melainkan yang mendidik, membimbing, menuntun, dan memberi teladan. Guru bukan hanya profesi tetapi merupakan panggilan jiwa.

Di era digital seperti sekarang, guru bukan lagi satu-satunya sumber pengetahuan. Google bisa menjawab hampir semua hal. Namun justru di situlah letak tantangannya. Guru zaman now dituntut lebih kreatif, adaptif, dan inspiratif. Ia harus bisa jadi fasilitator yang mengarahkan muridnya untuk berpikir kritis, bukan sekadar menghafal. Ia harus hadir bukan hanya di ruang kelas, tapi juga di ruang digital, ikut nimbrung di dunia anak-anak masa kini supaya bisa mengajar dengan konteks yang relevan.

Seorang guru memerlukan kemampuan, sikap, dan keahlian yang saling terkait seperti kompas yang menuntun arah perjalanan pembelajaran. Karena itulah seorang pendidik harus memiliki kompetensi baik pedagogik, profesional, sosial, maupun kepribadian. Keempatnya ibarat tiang penyangga yang menjaga agar rumah ilmu tetap kokoh berdiri. Tapi di luar teori itu, guru harus memiliki kompetensi lain yang tidak kalah penting yakni Lillahi Ta’ala dan kompetensi hati. Karena semua kecerdasan akademik tidak akan berarti kalau seorang guru tidak punya empati. Ketika seorang siswa datang dengan wajah muram, guru harus peka. Ketika siswa melakukan kesalahan, guru harus tahu kapan menegur dan kapan merangkul. Di situlah seni menjadi pendidik.

Tak berlebihan jika pendidik disebut pewaris tugas kenabian. Mereka melanjutkan misi para rasul: menyebarkan ilmu, membentuk pribadi berakhlak mulia, dan menuntun manusia menuju kebaikan. Setiap hari, guru berperan sebagai pemimpin yang mengarahkan, motivator yang menyemangati, sekaligus teladan yang menjadi cermin bagi peserta didik. Di balik senyum yang tampak sederhana, tersimpan perjuangan yang luar biasa menyiapkan pelajaran hingga larut malam, bersabar menghadapi berbagai karakter siswa, dan tetap tegar meski lelah.

Namun, tugas luhur itu tidak mudah. Mengajarkan akhlak menuntut pribadi yang berakhlak. Bagaimana mungkin seseorang mengajak kepada kebaikan jika dirinya jauh dari nilai-nilai itu? Karena itulah seorang pendidik mesti tawadhu’ dalam ilmu, ikhlas dalam mengajar, sabar menghadapi ujian, teliti dalam menilai, serta adil dalam memperlakukan peserta didik. Sikap baik, kelembutan hati, dan perhatian terhadap murid adalah pakaian yang wajib dikenakan setiap pendidik sejati.

Guru bukan hanya membangun kecerdasan, tetapi juga menanamkan harapan. Dari ucapannya, tumbuh semangat; dari ketulusannya, lahir keberanian; dari kesabarannya, muncul kebijaksanaan. Mereka tak hanya mencetak nilai di atas kertas, tetapi membentuk karakter dalam jiwa. Setiap kata yang diucapkan, setiap tindakan yang diperlihatkan, adalah pelajaran hidup yang melekat dalam ingatan murid selamanya.

Pada akhirnya, pendidik adalah arsitek peradaban. Dari ruang-ruang kelas sederhana, lahir generasi yang kelak memimpin bangsa. Jika ilmu adalah cahaya, maka pendidiklah penjaga obornya memastikan nyala itu tetap hidup di dalam jiwa setiap anak bangsa.

Karena itu, tak berlebihan jika kita menaruh hormat paling dalam untuk mereka yang memilih jalan sunyi bernama pengabdian. Terima kasih untuk setiap guru di Indonesia dan di seluruh dunia. Di tangan dan doa mereka, masa depan dibentuk dengan kasih dan kebijaksanaan. Melalui mereka, dunia menjadi lebih terang, lebih manusiawi, dan lebih bermakna.

(Isna Fajriya Salsabila, Reni Rahmawati, Oktavia Nur Anggraini).

Editor: Ahmad Misbakhul Amin

About Author

Oktavia Nur Anggraini