Peristiwa

Surga dan Rahmat Allah

  • September 14, 2023
  • 4 min read
  • 93 Views
Surga dan Rahmat Allah

Setiap agama memiliki pandangan dan keyakinan yang berbeda-beda tentang surga. Dalam Islam, surga dianggap sebagai tempat yang indah dan penuh dengan kenikmatan. Keindahan surga tidak hanya terlihat dari segi materi, tetapi juga dari segi spiritual. Di surga, setiap orang akan merasakan kedamaian dan kebahagiaan yang abadi. Mereka akan bebas dari semua penyakit dan kesusahan yang ada di dunia. Tidak ada lagi air mata, kesedihan, atau kekecewaan di surga.

Lalu dengan apa kita menggapai surganya Allah Swt? Apakah dengan jalan taqwa dan banyaknya pahala yang kita perbuat selama di dunia? Bisa jadi benar. Bahwa semakin taqwa sesorang semakin dekat dia dengan surga. Semakin berat timbangan amal kebajikan kita, kemungkinan kekal di dalamnya (surga). Tidak salah memang, karena ajaran Islam sendiri telah memberikan gambaran.

Dalam banyak ayat quran misalnya banyak dijelaskan bahwa memang amal shaleh yang akan mengantar kita masuk surga. “Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selamanya. ….” (Surat An-Nisa’ ayat 57)

Atau dalam firman Allah yang lain “Orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, sungguh, mereka akan Kami tempatkan pada tempat-tempat yang tinggi di dalam surga.” (Al-‘Ankabut ayat 58)

Kita kemudian terbiasa menghitung pahala dengan pendekatan matematis. Jika berbuat satu kebaikan ini, maka pahalanya di akhirat sejumlah itu. Para pendakwah juga cenderung menyampaikan hal yang sama; amal shaleh yang membuat kita mendapat tiket surga.

Pertanyaannya kemudian, apakah mungkin surga yang kita yakini kekal itu bisa kita tempati selama-lamanya dengan modal pahala kita selama hidup di dunia? Bukankan perbuatan baik kita di dunia sangat terbatas jumlahnya, sebagaimana kita dibatasi oleh usia. Jika dihitung dengan matematis, pahala kita, sekalipun dilipatgandakan puluhan, ratusan bahkan ribuan kali tetap tidak ada bandingannya dengan kekalnya surga? Lantas dengan apa manusia bisa hidup kekal di surga?

Tidak ada amalan seorang pun yang bisa memasukkannya ke dalam surga, dan menyelematkannya dari neraka. Tidak juga denganku, kecuali dengan rahmat dari Allah” (HR Muslim).

Dari hadis tersebut, jelas bahwa rahmat Allah lah yang membuat kita mendapat tiket surga, dan bisa kekal di dalamnya. Karena kasih sayangNya lah, Dia menciptakan surga untuk hamba-hamba yang dirahmatiNya. Namun demikian, hadis ini juga tidak bisa ditelan mentah-mentah. Sehingga tidak melahirkan asumsi bahwa amal shaleh tidaklah penting karena pada akhirnya surga itu diberikan karena ramhat Allah, bukan atas pahala.

Hal ini dijelaskan oleh Imam Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Bari, bahwa tidak semua orang bisa mendapat rahmat Allah di akhirat nanti. Hanya mereka yang melakukan ketaatan kepada Allah lah yang berhak mendapat RahmatNya. Artinya ketaatan seseorang dan amal-amal kebajikan selama di dunia tetap memiliki nilai besar di mata Allah. Sebagaimana firman Allah di atas, hanya yang beriman dan berbuat kebajikan yang mendapat tiket surga.

Jadi tidak bisa kita berharap surga atas rahmat Allah sedang kita tidak pernah menjalankan perintahNya. Sama halnya dengan orang yang berharap kaya tapi tidak pernah bekerja. Atau mahasiswa ingin mendapatkan nilai bagus tapi tidak pernah menyelesaikan tugas-tugas. Kemungkinan itu ada, tapi seberapa besar peluangnya?

Pada akhirnya, kita tidak pernah tau di akhirat nanti, akan kemana kita ditempatkan Allah Swt . Bahkan kita tidak pernah tahu amal kita yang mana yang diterima di sisiNya. Mungkin sudah saatnya kita belajar bahwa menjalankan perintah Allah adalah semata karena bentuk penghambaan dan kecintaan pada Tuhan pencipta alam dan berserah kepada Allah tentang bagaimana nantinya.

Sebagaimana perkataan yang sangat terkenal dari Rabi’ah Al-Adawiyah “Jika sekiranya aku beribadah kepada Engkau karena takut akan siksa neraka, maka bakarlah aku dengan neraka-Mu. Dan, jika aku beribadah kepada Engkau karena harap akan masuk surga, maka haramkanlah aku daripadanya! Tetapi, jika aku beribadah kepada Engkau hanya karena semata-mata karena kecintaanku kepada-Mu, maka janganlah, Ya Ilahi, Engkau haramkan aku melihat keindahanmu yang Azali.

Tapi siapa pula yang di antara kita berani bermunjat sebagaimana Rabi’ Al-Adawiyah?

About Author

Didin Wahyudin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *