Kodifikasi Al Quran merupakan salah satu upaya monumental dalam menjaga keaslian Al Qur’an. Proses kodifikasi diawali dengan pengumpulan ayat ayat Al Qur’an yang dipimpin langsung oleh Zaid Bin Tsabit pada masa Khalifah Abu Bakar as Shidiq, dilanjutkan proses penyusunan hingga penulisan Al Qur’an dalam bentuk yang terorganisir sebagai mushaf yang utuh, yakni Mushaf Ustmani. Akan tetapi banyak sarjana muslim modern yang merasa janggal atas pengurutan ayat dalam Al Qur’an yang notabene diatur berdasarkan konsensus para sahabat, bukan sesuai urutan kronologis wahyu. Oleh karenanya munculah beberapa karya tafsir yang mengacu periodisasi berdasarkan pada kesamaan tema dan makna, seperti kitabal-Tafsir al-Hadits karangan Muhammad ‘Izzat Darwazah dan Fahm al-Qur’an al-Hakim karangan Muhammad ‘Abid al-Jabiri.
Perkembangan wacana Al Qur’an terus menjadi sorotan utama dalam dunia ilmu Al Qur’an dan Tafsir. Mehdi Bazargan misalnya mengkritik konsep Makiyah Madaniyah yang menurutnya inkonsisten. Ia menyakini hal ini dipengaruhi atas penyusunan narasi kesejarahan Al Qur’an yang disusun oleh kesarjanaan muslim klasik yang jauh tertinggal daripada orientalis. Oleh karenanya pemikir Islam-modernis Iran ini memberkan alternatif kronologis sebagai upaya mendekati Al Qur’an secara ilmiah dengan pendekatan stilomentri. Stilomentri ini oleh Bazargan difokuskan pada konteks analisis kuantitatif dan statistic terhadap struktur dan gaya bahasa dalam al Qur’an. Sehingga hal demikian akan menghasilkan eksplorasi pola dan karakteristik linguistik dalam Al Qur’an seperti frekuensi kata, pola penggunaan kata tertentu, panjang ayat dan mengungkap aspek literer unik ataupun yang konsisten dalam suatu ayat.
Pendekatan stilometris ini merupakan teknik analisis kuantitatif dengan melibatkan perhitungan kata kata yang muncul dan pola numerik suatu teks. Eksplorasi Al Qur’an dengan menggunakan pendekatan ini dapat menunjukkan bahwa Al Qur’an bukan hanya teks religious klasik, akan tetapi juga memiliki unsur struktur matematika dan linguistic yang kompleks dan dapat menguatkan status ilahiyah Al Qur’an dimana terdapat keteraturan dan keseimbangan prasa kata tertentu yang pastinya mengandung makna mendalam.
Analisis ini secara praktis dan modern dengan memanfaatkan kecanggihan Artificial Intellegent , salah satunya yakni web Voyant Tools. Aplikasi yang berbasis web untuk menganalisis suatu teks dengan berbagai alat visualisasi dan analisis yang tentunya berguna dalam studi linguistik, stilometrik dan humaniora. Singkatnya, alat ini dapat digunakan untuk menganalisis teks secara digital, termasuk dalam teks Al Qur’an, sehingga dengan penggunaan tools ini dapat diketahui pola linguistic, hubungan antar kata dalam satu ayat dengan ayat lainya, mengetahui jumlah frekuensi kata, dll. Melihat beberapa manfaat atas tools tersebut pastinya hal demikian dapat membantu peneliti, akademisi ataupun pengkaji Al Qur’an dalam melihat struktur, tema dari suatu ayat, terlepas web ini sebenarnya bukan dikhusukan untuk penelitian Al Qur’an.
Sebelum berlanjut perlu diketahui terdapat beberapa fitur dalam voyant tools. Fitur Cirrus (word cloud)” misalnya dapat membantu menampilkan kata kata yang sering muncul, sehingga peneliti dapat memahami konsep atau kata yang ditekankan pada ayat tersebut atau surah tersebut. Selanjutnya “ Trends” fitur dapat mempermudah dalam menelusuri perubahan ataupun pola kemunculan kata dalam suatu surah ataupun ayat. Hal ini sangat berguna dalam memahami penyebaran dan distribusi topik ataupun konsep yang dilihat dari fokus utama tema suatu surah. Ada juga “ Contexts” yang membantu peneliti dalam memahami bagaimana suatu kata memeliki nuansa yang berbeda dalam setiap konteks. “ Termsberry” dan “WordTree” membantu dalam melihat hubungan kata kata yang sering muncul dalam ayat ayat tertentu sehingga peneliti dapat melihat lebih dalam tentang hubungan konsep dalam Al Qur’an. “ Phrases” yang dapat digunkan untuk menganalisis frasa atau kombinasi kata untuk mempermudah mengidentifikasi konsep kunci atau pesan yang disampaikan.
selain dari beberapa fitur di atas, penggunaan Voyant Tool juga memungkinkan dalam proses analisisi komperatif dengan cara mengunggah beberapa versi terjemahan Al Qur’an sehingga memberi kemudahan dalam memberi variasi makna dan interpretasi. Selain itu dengan tersajinya visualialisasi data dalam bentuk grafik, diagram, word cloud yang mudah dipahami maka sangat berguna dalam memahami tema, pola, dan konsep utama dalam Al-Quran tanpa harus mempelajari teks secara detail. Agar lebih mudah dalam memahami cara kerja web ini, penulis akan memberikan praktek sample yang sederhana sebagaimana ditampilkan di slide layar postingan. ( sampel QS. Al Ikhlas (1.1) Makkiyah dan Qs. An Nashr (1.2) Madaniyah).
Berdasarkan pengambilan sample dari dua ayat yakni, Al Ikhlas (Makkiyah) dan An Nashr ( Madaniyah) didapatkan data bahwa Vocabulary density (kepadatan kata) pada surah Al Ikhlas adalah VD 0.933 dan Qs. An Nashr VD 0.947. Dengan begitu diketahui bahwa surah yang tergolong Makkiyah kepadatan kosa kata lebih sedikit daripada surah Madaniyah, yang artinya surah Makkiyah lebih repatitif dalam penggunaan kosa kata daripada surah Madaniyah yang lebih variative dalam penyampaian kata secara kompleks. Hal demikian menunjukan bahwa perbedaan VD ini mengindikasikan bahwa penggulangan kosa kata pada surah Makkiyah disebabkan karena istilah yang disampaikan berkaitan dengan penguatan keyakinan, keimanan ataupun pesan moral sehingga terdapat penggulangan yang berarti penekanana pada pesan yang disampaikan. Lain lagi dalam surah Madaniyah yang lebih kompleks penggunaan bahasanya karena surah ini mencangkup aturan tentang hukum, social dan interaksi masyarakat yang luas sehingga istilah yang digunakan lebih spesifik dan beragam.
Selanjutnya tentang Readability index ( indeks keterbacaan) yang menunujukan angka 2.624 pada surah Makkiyah dan 8.958 pada surah Madaniyah. Indeks keterbacaan pada surah Makkiyah lebih rendah daripada Madaniyah, yang artinya penggunaan kosa kata pada surah Makkiyah lebih sederhana sehingga mudah untuk dipahami oleh audiens umum, yang mana pada masa itu kebanyakan berasal dari orang non islam. Sedangkan dalam surah Madaniyah indeks keterbacaan lebih tinggi sehingga pembacaan pada teks agak menjadi sulit. Hal ini dikaitkan dengan audiens pada masa itu dimana pemahaman ini dikhususkan kepada umat islam yang sudah memiliki bekal keagamaan.
Adapun data data yang lainya seperti most Frequence word ( kata kata yang sering muncul) pada setiap surah dapat di cermati pada setiap kolom. Hal ini dapat membantu mencari apa saja pokok pembahasan dari surah yang dimaksud. Didukung dengan piranti data lainya seperti Termsberry, Trends, Phrases, dll. akan memudahkan seorang peneliti menganalisis suatu teks sehingga output yang dihasilkan dapat membantu dalam penelitian linguistic dan pemahaman teologis berdasarkan perhitungan statistic.
Dengan begitu motode stilometris yang di gagas oleh Mehdi Bazargan yang kemudian dikolaborasikan dengan Artificial Intellegent menjadi tantangan baru dalam dunia semantic. Perkembangan tekhnologi seperti ini menjadi peluang dalam wacana literasi islam dan membuka gerbong bahwa ternyata kitab klasik yang muncul berabad abad lamanya nyatanya bisa dianalisis dan dikomunikasikan secara visual dan analitis sehingga sangat berguna bagi peneliti, akademis dalam mengajarkan dan memahami Al Qur’an.