Toleransi, atau dalam bahasa Arab dikenal sebagai as-samahah, adalah konsep modern yang mencerminkan sikap saling menghormati dan bekerja sama antar kelompok manusia yang berbeda, termasuk suku, bahasa, budaya, politik, atau agama. Konsep ini dianggap mulia dan mutlak menjadi bagian integral dari ajaran agama, termasuk dalam Islam. Menurut ajaran Islam, toleransi tidak hanya ditujukan kepada sesama manusia, melainkan juga terhadap alam semesta, hewan, dan lingkungan hidup.
Pentingnya rasa toleransi dalam Islam tercermin dalam pemahaman bahwa manusia harus meluaskan sikap toleransinya, mencakup hubungan antar umat beragama. Toleransi beragama menjadi fokus yang signifikan dan mendalam dalam pandangan Islam. Konsep ini dianggap sensitif, primitif, dan rawan konflik, sehingga menarik perhatian besar dari ajaran Islam.
Pandangan umat Islam tentang toleransi melibatkan berbagai tataran, mulai dari koordinasi paradigma hingga praktik dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kerangka ini, doktrin dan teori toleransi juga memainkan peran penting dalam membentuk sikap dan perilaku umat Islam terhadap sesama manusia dan lingkungan. Oleh karena itu, essay ini akan mengkaji dengan cermat pandangan umat Islam terhadap toleransi, melibatkan aspek-aspek seperti paradigma, doktrin, teori, dan praktik yang menggambarkan pentingnya toleransi dalam kehidupan manusia menurut ajaran Islam.
Toleransi dalam Islam merupakan landasan prinsip yang mengajarkan menghormati dan menerima perbedaan, baik dalam keyakinan, budaya, maupun pendapat. Konsep ini mendorong terbentuknya kerjasama damai antara individu dari latar belakang yang beragam, tanpa adanya pemaksaan atau penekanan terhadap orang lain. Lebih dari sekadar sikap terhadap orang lain, toleransi dalam Islam juga menekankan pentingnya menghargai diri sendiri, di mana sikap toleran sebaiknya dimulai dari diri sendiri.
Islam mempromosikan dialog dan toleransi dalam bentuk saling menghormati, bukan melalui cara memaksa. Kesadaran akan keragaman keyakinan dalam beragama diakui sebagai kehendak Allah Swt. Toleransi dalam Islam berlaku tidak hanya bagi sesama muslim, tetapi juga terbuka untuk non-muslim. Sikap menghargai keberagaman dalam masyarakat, tanpa adanya diskriminasi atau kekerasan, sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam yang bertujuan untuk menjaga perdamaian, saling menghormati, dan mempercayai satu sama lain. Toleransi juga memiliki landasan dalam hukum Islam, di mana diakui sebagai bentuk penghormatan terhadap hak asasi manusia, seperti hak beribadah dan hak hidup bermartabat bagi seluruh umat manusia. Dalam konteks sosial, toleransi dianggap sangat penting untuk meningkatkan kualitas hubungan antar individu dan kelompok, menciptakan keharmonisan dalam masyarakat.
Selanjutnya, konsep tasamuh dan ta’addud menjadi bagian integral dari toleransi dalam Islam. Tasamuh mengacu pada sikap toleransi dan penerimaan terhadap perbedaan individu atau kelompok, sementara ta’addud berkaitan dengan keragaman keyakinan, budaya, dan praktik masyarakat Muslim. Kedua konsep ini mendorong penghormatan terhadap perbedaan sebagai upaya menjaga perdamaian dan stabilitas sosial dalam masyarakat Islam. Dengan adanya toleransi, terbentuklah kerjasama yang harmonis di antara umat Islam dan juga dengan individu atau kelompok lain yang memiliki keyakinan dan praktik berbeda, mencerminkan nilai-nilai Allah SWT seperti cinta kasih, kesetaraan, dan persaudaraan terhadap seluruh umat manusia.
Islam, sebagai ajaran agama yang mencakup berbagai aspek kehidupan, mengajarkan toleransi terhadap perbedaan keyakinan, suku, dan budaya melalui berbagai prinsip. Pertama, Islam mendorong umatnya untuk selalu bersikap adil dan menjunjung tinggi persaudaraan antar sesama manusia, tanpa memandang perbedaan agama atau suku. Kedua, ajaran Islam menekankan pentingnya saling menghormati dan menolak merendahkan satu sama lain hanya karena perbedaan keyakinan atau budaya. Terakhir, Al-Quran juga memberikan pedoman terkait hak-hak non-Muslim yang harus dihormati oleh umat Islam, termasuk memberikan zakat dan melindungi mereka dari bahaya.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Islam mengajarkan toleransi terhadap perbedaan keyakinan, suku, dan budaya melalui nilai-nilai seperti keadilan, persaudaraan, saling menghormati, dan menolak merendahkan satu sama lain. Ajaran-ajaran ini tercerminkan dalam Al-Qur’an dan kitab suci lainnya, mendorong umat Islam untuk memperluas pemahaman mereka tentang keanekaragaman manusia dan menghargainya sebagai bagian dari ciptaan Allah.
Pentingnya menjalin hubungan positif antar manusia tanpa adanya diskriminasi atau pengecualian juga menjadi bagian integral dari ajaran Islam. Konsep toleransi, dalam konteks ini, bukan hanya merupakan nilai ajaran, tetapi juga menjadi praktik hidup umat Islam dalam solidaritas universal terhadap sesamanya. Contoh sejarah Islam yang menunjukkan sikap toleran terhadap perbedaan agama, suku, dan budaya adalah Perjanjian Madinah. Perjanjian ini dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dengan penguasa Yahudi di kota Madinah pada tahun 622 Masehi. Dalam perjanjian tersebut, Nabi Muhammad SAW dan umat Islam berjanji untuk menjaga keamanan dan keharmonisan dengan umat Yahudi serta memperlakukan mereka secara adil, tanpa memandang agama atau suku.
Sebagai contoh lain, Khalifah Umar bin Khattab menunjukkan sikap toleran dengan memberdayakan umat Nasrani di kota Yerusalem setelah merebutnya dari Romawi pada tahun 638 Masehi. Tindakan ini mencerminkan prinsip toleransi yang dijunjung tinggi dalam Islam, tidak hanya sebagai ajaran, tetapi juga sebagai praktik dalam kehidupan sehari-hari umat Islam. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa toleransi dalam Islam merupakan aspek integral dari ajaran agama ini. Islam mengajarkan umatnya untuk mempraktikkan sikap adil, menghormati perbedaan keyakinan, suku, dan budaya, serta menjauhi perilaku merendahkan sesama. Prinsip-prinsip ini tercermin dalam nilai-nilai universal seperti keadilan, persaudaraan, dan saling menghormati, yang mendefinisikan sikap toleransi umat Islam terhadap keanekaragaman manusia.
Lebih dari sekadar ajaran, toleransi dalam Islam tercermin dalam sejarah, seperti melalui Perjanjian Madinah dan tindakan Khalifah Umar bin Khattab di kota Yerusalem. Dengan demikian, Islam bukan hanya mengajarkan toleransi sebagai nilai, tetapi juga mendorong umatnya untuk mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai wujud solidaritas universal terhadap sesama manusia.k