Opini Peristiwa

Prabowo-Gibran dan Para Pemilih Intelektual

  • February 19, 2024
  • 3 min read
  • 68 Views
Prabowo-Gibran dan Para Pemilih Intelektual

Hari pemilihan presiden dan wakil presiden telah usai. Belum genap seminggu namun gegap gempita kemenangan seperti sudah terlihat di depan mata. Meski demikian, patut kita semua tenang dan menahan diri untuk melihat kepastian setelah Komisi Pemilihan Umum menetapkan siapa pemenang pilpres.

Sembari menunggu ditetapkannya KPU siapa pemenangnya, ada data-data realcount, quick count, ataupun exitpoll dari lembaga survey yang menarik untuk diamati. Seperti yang dirilis oleh litbang kompas. Lembaga ini menyatakan para pemilih dari kalangan intelektual atau berpendidikan tinggi cukup memberikan pengaruh pada suara pasangan calon presiden dan wakil presiden. Dari data tersebut menyatakan setiap paslon terdapat pemilih dari kaum intelektual atau orang yang berpendidikan tinggi.

Yang menjadi perhatian yakni persentase para pemilih dari pendidikan tinggi di kubu Prabowo-Gibran sebesar 41,7 persen. Dalam beberapa rilis lembaga survey di masa kempanye para pemilih Prabowo-Gibran diprediksi dari kalangan bawah sedangkan mereka yang dianggap “intelektual” akan merapat ke pasangan Anies-Muhaimin ataupun ke Ganjar-Mahfud. Dengan munculnya data milik litbang kompas membuat kita berpikir ternyata persentase para pemilih dari kalangan intelektual yang ada di kubu Prabowo-Gibran cukup tinggi bahkan lebih tinggi dari pasangan calon yang lain.

Kondisi ini menunjukkan para akademisi sebenarnya memiliki alasan masing-masing yang cukup rasional dalam menentukan capres pilihannya. Bukan berarti mereka yang menjatuhkan pilihannya Prabowo-Gibran adalah orang hina dan tidak tahu diri. Atau bahkan disebut intelektual blimbing sayur. Mereka juga bukan para intelektual pecinta oligarki. Atau sebutan-sebutan lain yang selalu menggap para intelektual ini hina.

Saya berpendapat, mereka para guru besar, para ilmuan yang diam tidak bersikap namun tiba-tiba menjatuhkan pilihannya ke Prabowo-Gibran sudah memikirkannya jauh-jauh hari. Hal ini bukan untuk menjilat atau ingin mendapatkan posisi tertentu. Bahkan, bukan karena soal takut diintimidasi oleh atasan. Sekali lagi, mereka adalah para ilmuan yang telah ditempa banyak masalah dan melahap banyak buku. Jadi, mereka memilih pasti atas dasar rasional yang sangat matang.

Seorang teman yang benar-benar kritis terhadap pemerintahan menjelaskan kepada saya, mengapa melabuhkan pilihannya pada Prabowo-Gibran. Dia menyatakan jika para ilmuan tidak berdiaspora untuk masuk di semua kubu maka nantinya siapa yang akan menjadi penyeimbang di dalam pusaran kekuasaan. Jika di tubuh kekuasaan hanya terdapat para ilmuan yang asal bapak senang atau para penjilat atasan maka yang terjadi kekuasaan akan tetap diisi oleh orang-orang yang hanya ingin selamat tapi tidak menyatakan kebenaran. Sehingga, dengan berpihaknnya para ilmuan atau sarjana ke kubu Prabowo-Gibran menjadi langkah penting agar nantinya bisa memberikan masukan dari dalam.

Seorang kawan lainnya memiliki pendapat yang berbeda tentang mengapa dia memilih Prabowo-Gibran. Dia telah membaca tentang visi-misi yang dicanangkan Prabowo-Gibran. Bagi dia, kondisi Indonesia yang seperti ini memang perlu sosok seperti Prabowo. Dia meyakini Prabowo bukan sosok yang buruk untuk menjadi seorang pemimpin. Termasuk adanya Gibran sebagai sosok anak muda yang sekalipun dia adalah anak Presiden setidaknya dia tahu situasi batin dan cara merangkul anak muda.

Dari dua orang kawan yang sudah menjelaskan posisinya, saya jadi memahami apa arti keberpihakan yang kritis. Para sarjana dan ilmuan berhak untuk berpihak tapij jangan pernah lupa untuk bersuara lantang jika kemudorotan ada di depan mata.

Pemilu 2024 memang banyak menguras tenaga mulai dari persiapannya hingga dinamika yang terjadi pada proses kampanye hingga perdebatan di sana sini. Termasuk lahirnya gerakan dari dunia kampus untuk memberikan respon atas kondisi pemilu dan demokrasi saat ini. Turun gunungnya para ilmuan menjadi sesuatu yang menarik untuk dilihat. Namun, kita juga tidak boleh untuk nyinyir terhadap para ilmuan yang pilihannya sudah dijatuhkan pada Prabowo-Gibran. (*)

About Author

Prof. Dr. Abd. Aziz

Rektor UIN SATU Tulungagung

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *