“Barang siapa yang ingin dunia, hendaklah ia berilmu, barang siapa ingin akhirat, hendaklah ia berilmu, dan barang siapa yang ingin keduanya hendaklah ia berilmu” -Ali bin Abi Thalib ra-
Ketika mendengar kata murid, banyak orang langsung membayangkan anak-anak yang duduk rapi di kelas, menulis, membaca, dan mendengarkan penjelasan guru. Namun sebenarnya, makna seorang peserta didik jauh lebih luas dari sekedar “murid” yang menerima pelajaran.
Dalam perspektif pendidikan Islam, peserta didik sekedar menjadi penerima ilmu, tapi juga aktif menentukan arah kehidupan, baik di dunia maupun di akhirat. Mereka ikut langsung dalam proses belajar, menerima bimbingan, dan mengembangkan keterampilan dari guru.
Dengan memahami peran penting peserta didik. pendidikan perlu menyesuaikan cara agar setiap anak dapat berkembang dengan baik.
Peserta didik ada di semua jenjang pendidikan, mulai dari anak usia dini, sekolah dasar, menengah, hingga perguruan tinggi. Mereka adalah pihak yang merasakan manfaat pendidikan secara langsung dan memiliki potensi untuk belajar, berkembang, berinovasi, serta meraih prestasi akademik maupun nonakademik.
Setiap anak berbeda-beda, ada yang cepat memahami teori, ada yang lebih kuat mempraktikkan, dan ada yang unggul dalam empati. Semua perbedaan ini adalah bagian dari fitrah manusia yang harus dihargai. Jadi, tugas guru bukan hanya mengajar tetapi juga menuntun supaya potensi anak berkembang secara seimbang antara akal, hati, dan sikap.
Peserta didik memiliki banyak sisi yang perlu dikembangkan, fisik, pikiran, sosial, emosi, moral, dan spiritual. Pendidikan yang hanya fokus pada kemampuan berpikir membuat anak pinta, tapi kurang peduli dan peka.
Oleh karena itu, pendekatan pendidikan yang menyeluruh sangat penting agar anak tumbuh menjadi manusia utuh, sehat jasmani, cerdas, dan lembut hati.
Jika semua pihak memperhatikan, anak bisa menjadi pribadi lengkap. Dalam Islam, belajar bukan hanya soal materi, tapi juga bagaimana ilmu membentuk kepribadian. Semakin tinggi ilmu seseorang, seharusnya semakin rendah hai. Pendidikan yang baik bukan hanya untuk mencetak anak-anak berprestasi, tapi juga manusia yang berbudi pekerti.
Peserta didik yang baik tidak hanya rajin belajar, tetapi juga beradab. Mereka menghormati guru, jujur terhadap teman, tidak sombong dengan kemampuan yang dimiliki, dan selalu rendah hati.
Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan yang sukses bukan hanya diukur dari kepintaran, tetapi juga dari akhlak yang terbentuk. Nilai-nilai baik harus terbiasa dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya dipelajari secara teori.
Jika anak memahami bahwa belajar adalah ibadah, mereka belajar karena cinta ilmu, bukan hanya karena ingin nilai bagus. Mereka sadar bahwa akhlak yang baik bisa mengangkat derajatnya, bahkan lebih tinggi dari sekedar kepintaran.
Dengan demikian, peserta didik sejati adalah mereka yang cerdas dan berbudi pekerti, siap menghadapi tantangan hidup dengan hati yang bersih dan pikiran yang tajam
Penulis: Putri Kartika Hairani, Sofia Ayu Nandita, Eka Ayu Amalia.
Editor: Ahmad Misbakhul Amin




