Opini

Mahasiswa Baru, Butuh Refreshing dan Referensi

Muchamad Rudi C
  • September 21, 2024
  • 5 min read
  • 16 Views
Mahasiswa Baru, Butuh Refreshing dan Referensi

Dunia perkuliahan menuntut seseorang berfikir secara mandiri, kreatif, solutif, dan ilmiah. Di awal awal semester awal pasti akan digempur habis-habisan oleh tugas-tugas makalah yang menumpuk. Tak jarang sambatan dari Mahasiswa Baru betapa terseok-seok nya mengerjakan tugas.

Alasan mereka beragam, banyak yang berkeluh kesah kehabisan waktu, tugas terlalu menumpuk, satu belum selesai sudah ada lagi, ujian lisan, hingga susahnya mengerjakan makalahnya. 

Jawaban Untuk Pertanyaan “Buat Ikut OSPEK?”.

Sebelum memulai kuliah, kampus mewajibkan mahasiswa baru mengikuti masa OSPEK yang sekarang lebih bermacam-macam namanya, Orientasi Kegiatan Kampus (OKK), Orientasi Studi Keluarga Mahasiswa (OSKM), Pelatihan Pembelajar Sukses bagi Mahasiswa Baru (PPSMB), Pengenalan Kehidupan Kampus (PKKMB), atau Pengenalan Budaya Akademik Kampus (PBAK). Tidak lain inti dari agenda tersebut untuk mengenalkan budaya kampus dan sistem perkuliahan, namun ada saja yang tidak dapat menangkap makna dari orientasi kekampusannya. Seperti pertanyaan template mahasiswa baru kepada kakak tingkatnya, “OSPEK digawe opo to? (OSPEK dibuat apa sih?). 

Tidak jarang pula dari maba yang berfikir kegiatan pengenalan kampus tidak usah diadakan atau diikuti saja. Karena beberapa mereka berpendapat menghabiskan waktu. Apalagi jika masih ditambah harus mencari dan menggunakan atribut ‘aneh-aneh’ dan menghabiskan biaya. Bahkan banyak kakak tingkat (kating) mendoktrin adik-adiknya supaya tidak ikut.

Memang alasan-alasan tentang kenapa diadakannya OSPEK jarang tersampaikan dan ditangkap dengan baik. Argumen terkuat mengenai alasan diadakannya kegiatan orientasi tidak lain supaya mengenal budaya perguruan tinggi. Terdengar klise tapi ini mungkin belum disampaikan secara detail alasan kenapa harus membawa atribut, atau makanan dengan nama nyeleneh-nyeleneh.

Secara tidak langsung, maksud tersembunyi panitia menyuruh menggunakan atribut dan membawa bekal aneh adalah untuk mengajarkan bagaimana menjadi seorang mahasiswa. Karena budaya dan model pembelajaran antara SMA dan perguruan tinggi akan sangat berbeda. Mahasiswa dituntut untuk berpikir kritis, dengan terus menanyakan tentang fenomena-fenomena yang terjadi sebagai bekal menganalisis. Selain kritis, mahasiswa juga dituntut untuk belajar mandiri atau sebagai seorang problem solver. Mahasiswa harus mencari materi pembelajaran sendiri dan memecahkan cara dalam mencari jawaban suatu permasalahan.

Perbanyak Referensi, Bukan hanya Refreshing

Ketika mengerjakan tugas kuliah, makalah contohnya, seringkali mahasiswa mengalami ketidaktahuan apa yang akan ditulis atau bagaimana menyusunnya. Ketidaktahuan itu sangat-sangat membuat pusing kepala. Akhirnya tanpa pusing panjang, tidak hanya membuka mbah Google, tapi sekarang juga beranjak ke Om Chat-GPT yang praktis menjawab sekaligus menyusunnya.

Ketika sudah merasa pusing dan stress karena kesulitan mengerjakan tugas, tentu “refreshing” santai dulu menjadi pilihan di sela-sela menggarap tugas. Hingga ujung-ujungnya deadline sudah mepet, waktu mengerjakan sampai lembur, dan hasilnya masih acak-acakan. 

Salah satu faktor yang sering jadi sorotan yakni minat membaca dan menulis sebagai kebutuhan utama. Saat ini kemungkinan besar kegiatan membaca sangat sedikit dibandingkan aktivitas scroll timeline media sosial atau push rank. Sedikit nya kebiasan tersebut jika tidak diimbangi dengan referensi dari membaca, akan berpengaruh pada kemampuan menyusun tulisan atau makalah.

Setelah kesulitan bukan lagi kemudahan, malah kepusingan jadinya. Karena tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk mengatasinya. Salah satu penyebab nya yakni tidak ada atau sedikitnya pilihan kata-kata dalam otak yang akan disusun menjadi sebuah kalimat. Karena kegiatan menulis merupakan kegiatan melihat kembali (review) apa saja kata yang ada di otak kita. Tentu sebuah tulisan mencerminkan bagaimana penulis berpikir dan mengonsumsi bacaan.

Memang kegiatan menulis terlihat gampang. Contoh saja menulis pesan curhat yang panjang lebar di whatsapp atau menulis caption di postingan sosmed yang tidak sengaja sudah mencapai ribuan kata-kata jika dikumpulkan. Tapi itu kan gampang ga usah mikir? Iya memang benar, menulis topik curhat memang sangat ringan dan berbeda dengan menulis makalah sampai skripsi. 

Menulis curhatan memang lebih mudah karena pilihan kata atau referensi apa yang mau dituangkan sudah ada, tinggal menyusunnya ke dalam tulisan. Aslinya begitu pula dengan menulis apapun termasuk makalah. Jika sudah ada gambaran, akan mudah pula untuk menulisnya. Memang refreshing juga sangat dibutuhkan, tetapi tentunya pada waktu yang tepat. Dengan ini, mengatur waktu adalah kunci. 

Disarankan Aktif Ikut Organisasi, Tapi Tugas Kuliah dan Skripsi Tetap Harus Jadi

Banyak sekali organisasi yang dapat diikuti ketika menjadi mahasiswa. Mulai dari dalam (intra) kampus, yakni organisasi yang mempunyai hubungan langsung dengan kampus. Seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Senat Mahasiswa (SEMA), Himpunan Mahasiswa Program Studi (HIMAPRODI), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dsb. Atau bisa ikut puluhan organisasi luar (extra) kampus, yang tidak ada hubungannya secara langsung dengan kampus. 

Dalam organisasi tentu akan belajar dengan alam. Bagaimana berinteraksi dengan orang-orang dengan pikiran yang berbeda-beda. Belum lagi akan terjadi konflik. Kemudian bagaimana jika berbenturan dengan tugas-tugas perkuliahan. Tentu akan penuh tekanan menguras batin dan pikiran. Namun semua itu akan biasa-biasa saja jika sudah terbiasa.

Pengalaman yang bisa didapat dari kegiatan mengikuti organisasi jika dengan sungguh-sungguh tentu akan dibalas dengan skill yang nanti dibutuhkan setelah lulus perkuliahan. Semakin kritis, kreatif, menjadi seorang problem solver, mempunyai manajemen yang bagus, percaya diri, kepemimpinan dan tentunya hubungan (relasi).

Sangat banyak sekali manfaat mengikuti organisasi untuk pengembangan diri. Tapi tetap harus diwanti – wanti bagaimana caranya membagi waktu antara kewajiban kuliah dan organisasi. Karena banyak sekali mahasiswa yang tidak sampai diwisuda. Terlebih di semester-semester tujuh sampai delapan. Banyak yang mengundurkan diri karena merasa sulit sekali mengerjakan skripsi, sudah nyaman bekerja, atau terobsesi menjadi aktivis ulung. Biasa saja, bagi para organisator kampus telat satu atau dua semester sudah menjadi hal lumrah. Intinya walaupun sudah asyik berkecimpung di organisasi, kewajiban tugas kuliah sampai skripsi juga harus jadi. (mrc).

Muchamad Rudi C
About Author

Muchamad Rudi C

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *